Pemetaan Desa Pasca Bencana (3)
PEMETAAN (3)
DUSUN KARANG BEDIL
8 – 9 April 2019
8 – 9 April 2019
Pemetaan Desa Pasca Bencana di
Dusun Karang Bedil, Dusun Karang Bedil memiliki 8 RT dan kurang lebih 500 KK.
Awalnya dusun ini sempat dikabarkan tidak jadi diikutsertakan dalam hal
pemetaan dengan alasan warga sibuk denga aktivitasnya masing-masing dan
membangun rumah yang rusak. Hal tersebut membuat pemetaan menjadi tertunda yang
awalnya akan dilakukan pada tanggal 7 – 8 April. Hari pertama pemetaan di dusun
ini sama seperti di dusun sebelumnya dibagi menjadi 3 kelompok, RT 1 – RT 4, RT
5 – RT 8 dan kelompok penggalian sejarah dan budaya yang ada di dusun.
Perwakilan masinh-masing RT ada yang tidak hadir, seperti dari RT 5 dan RT 8,
sehingga pemetaan mengalami kendala terlebih di dusun ini padat, sehingga warga
tidak mengenal semua tetangga di RT lain. Warga tidak terlalu antusias dalam
melakukan pemetaan, pemetaan dibatasi oleh warga dari pukul 09.00 – 11.30
dengan alasan masyarakat ingin melanjutkan aktivitas lain. Pak Kadus yang juga
terlihat kurang semangat sedikit banyak memengaruhi warganya dalam ikut serta
kegiatan ini. Keterlibatan
ibu-ibu/perempuan disini lumayan, sedikit mengimbangi dari bapak-bapak yang
hadir dalam pemetaan.
Permasalahan yang keluar yakni,
terkait perkerasan jalan, drainase, air bersih, persampahan, perekonomian, dll.
Masih banyak terdapat jalan rabat beton sehingga warga ingin memperbaiki,
terlebih jalan yang tidak ada drainase mengganggu aktivitas, karena akan
terjadi genangan saat hujan. Air bersih juga dirasakan sulit karena warga ini
mengharapkan air bersih dari PDAM yang terkadang macet paling lama 1 hari, air
bersih juga didapat dari penggalian sumur, di dusun ini untuk mendapat air
biasanya menggali sedalam 8 meter. Namun, tidak semua warga memiliki sumur,
sehingga apabila PDAM macet, warga meminta air sumur pada tetangganya. Masalah
persampahan dan sanitasi, masyarakat tidak memiliki tempat sampah, warga
mengaku membuang sampah di sungai, sehingga sungai menjadi kotor dan di tegur
oleh petani dan nelayan, hal tersebut menjadi kebiasaan warga karena di dusun
ini tidak memiliki TPS, begitu juga dengan masalah sampah rumah tangga.
Permasalahan penerangan juga terjadi, warga mengeluh karena lampu tidak ada
sehingga percuma memiliki tiang. Terkait dengan masalah perekonomian, warga
disini mayoritas bekerja sebagai buruh, juga ada yang bertani, berkebun,
berdagang, berternak dan nelayan. Warga mengeluhkan peralatan yang kurang
sehingga kurang efektif. Ketika ditanya terkait perkumpulan warga, warga disini
sudah jarang melakukan kegiatan tersebut. Warga khususnya ibu-ibu kurang pandai
dalam melakukan keterampilan rumahan.
Pada hari ke-2 tim melanjutkan
pemetaan dengan membahas solusi, pelaku, jangka waktu, dan penanggungjawab.
Sesungguhnya pemetaan yang dilaksanakan di hari pertama itu belum selesai
karena ada beberapa RT yang tidak hadir sehingga sulit memetakannya. Tim tetap
melanjutkan ke tahap selanjutnya karena waktu yang mepet, hanya memilki waktu
kurang lebih 2,5 jam. Namun permasalahan di rembug dengan mengandalkan pemetaan
yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam menentukan solusi-solusi masih ada
segelintir orang di dusun ini mementingkan diri sendiri dengan contoh apabila
ia seorang peternak ia langsung menyebut alat-alat yang tidak ia memiliki
secara pribadi. Dalam pemetaan solusipun warga Dusun Karang Bedil sedikit ribut
dan tidak fokus sehingga butuh waktu untuk ditenangkan terlebih dahulu. Terkait
evakuasi, warga dusun ini saat terjadi gempa berlari ke sawah terdekat, saat
ada peringatan tsunami warga naik ke tempat yang lebih tinggi,ke dusun lain.
Komentar
Posting Komentar