RANTAI NILAI DAN SPESIALISASI DAERAH
RANTAI NILAI DAN SPESIALISASI
DAERAH
PRODUK UNGGULAN OLAHAN TANAMAN LIDAH
BUAYA KOTA PONTIANAK
Oleh Budi Utomo
Pontianak merupakan
salah satu kawasan sentra yang cocok untuk mengembangkan dan membudidayakan
lidah buaya khususnya di daerah Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara.
Produktivitas lidah buaya di Kalimantan Barat, Kota Pontianak menduduki
peringkat pertama dengan jumlah produktivitas 102,14
ton/Ha. Tanaman ini juga menjadi icon dari Kota Pontianak dan ditetapkan
sebagai produk komoditas unggulan Provinsi Kalimantan Barat di program “One
Village One Product” (Sari & Ferdinan, 2017).
Tanaman lidah buaya telah digunakan oleh
masyarakat di Pontianak (Kalimantan Barat) telah diolah menjadi berbagai olahan
baik makanan, minuman maupun obat-obatan namun bagian kulit daunnya menjadi
limbah. Tanaman Lidah buaya Pontianak memiliki keunikan dimana ukurannya besar,
daging yang tebal serta pohon yang tinggi menjadikan lidah buaya menjadi
tanaman lokal yang telah diolah menjadi berbagai produk pangan sebagai
oleh-oleh khas daerah, bahkan di Pontianak tanaman ini telah dibudidayakan pada
lokasi Aloe Vera Center yang ada di Pontianak (Sari & Ferdinan, 2017).
Analisis ini melihat aktivitas-aktivitas
perusahaan seperti pelaku, proses, alokasi biaya, logistic, proses kedalam dan
keluar perusahaan oleh setiap perusahaan. Didalamnya terdapat konsep nilai
tambah (value added) yang melihat pada penambahan nilai produk selama
proses didalam perusahan. Studi kasus saat ini untuk melihat besaran nilai
tambah yang dihasilkan dari pengolahan lidah buaya (aloevera) (Jannah, et al.,
2019). Dalam analisa yang dilakukan, artikel ini berfokus pada studi kasus
pengolahan tanaman lidah buaya menjadi kerupuk.
INBOUND LOGISTIC (Logistik kedalam Perusahaan)
Bahan baku utama atau pelepah lidah buaya
untuk memproduksi olahan lidah buaya pada didapatkan dari kebun petani lokal
yang ada di Kota Pontianak, khususnya Kecamatan Pontianak Utara. Produksi
kerupuk lidah buaya disesuaikan dengan kondisi iklim/cuaca di kota Pontianak,
karena pengeringan untuk kerupuk lidah buaya 90% masih menggunakan panas
matahari. Maka, pengendalian produksi diperlukan dengan memperbanyak produksi
di musim kemarau di Kota Pontianak.
OPERATION (Proses)
·
Perencanaan
Produksi
Produsen kerupuk lidah buaya (aloevera) belum menerapkan proses kendali mutu (Quality Control) secara baik dalam pengolahannya, karena industri ini masih menggunakan peralatan yang masih semi modern. Pengiriman bahan baku untuk diolah menggunakan transportasi darat karena masih berada dalam kota. Proses penyimpanan dilakukan pengendalian dalam pergudangan dengan merendam daging lidah buaya yang sudah dikupas agar daging lidah buaya tidak cepat rusak.
·
Pemeliharaan
Peralatan
Peralatan yang sudah digunakan untuk produksi kerupuk lidah buaya di cuci dengan bersih, dan disimpan kembali ke tempatnya yaitu rak kayu, sedangkan kulkas untuk membekukan kerupuk lidah buaya dibersihkan seminggu sekali.
·
Pengemasan
Produk
Pengemasan kerupuk lidah buaya dilakukan secara
manual menggunakan tenaga manusia. Proses tekonologi/mekanisasi dari produksi
hingga pengemasan dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah walaupun hal ini
menambah biaya dan rencana untuk menggunakan teknologi yang modern tetap
menjadi sasaran perusahaan.
OUTBOND LOGISTIC (Logistik keluar Perusahaan)
·
Pengiriman
Produk
Produk kerupuk lidah buaya menggunakan sistem penitipan, pesanan dari pelanggan atau instansi serta bekerja sama dengan pihak pemerintah. Penitipan produk kerupuk lidah buaya di toko cinderamata, toko grosir, kafe dan swalayan skala besar yang sudah bekerja sama. Namun, petani juga menjual lidah buaya dalam kondisi mentah ke masyarakat secara langsung atau melalui toko.
·
Pemasaran
Tenaga penjualan dilakukan langsung oleh pemilik dibantu oleh karyawan. Jika ada kegiatan nasional atau internasional yang di adakan di Kalimantan Barat, maka yang menjadi tenaga penjualan bekerjasama dengan instansi pemerintah yaitu dinas perindustrian dan perdagangan dengan membuka stand bazzar. Kerupuk lidah buaya di distribusikan masih di daerah Kota Pontianak dan di luar daerah produk kerupuk lidah buaya belum ada distributor, hanya konsumen yang datang pada saat ada kegiatan nasional atau pun internasional
·
Rantai
Pemasaran
Layanan purna jual yang dilakukan memberikan
diskon. Interaksi dengan konsumen dilakukan secara langsung oleh karyawan
secara ramah dan santun. Serta via telepon jika untuk konsumen jauh atau diluar
toko. Sebagai bagian dari interaksi dengan konsumen, promosi dilakukan oleh
perusahaan melalui sosial media dan penjualan online.
SIMPULAN
Proses pengolahan lidah buaya menjadi kerupuk
lidah buaya di Kota Pontianak masih tergolong sederhana, karena dalam beberapa
proses aktivitas rantai nilai, produk masih bersentuhan langsung dengan tenaga
kerja. Rantai nilai kerupuk lidah buaya yang terdiri dari aktivitas utama dan
aktivitas pendukung masih terkendala pemeliharaan peralatan produksi, perluasan
pemasaran, inovasi pengemasan produk, pembukuan keuangan yangmasih sederhana
dan perencanaan produksi ketika musim hujan dan ketika permintaan meningkat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala yaitu harus adanya
tempat pemeliharaan peralatan yang tahan lama, up to date terhadap media
sosial yang biasa digunakan untuk memperluas pasar online. Inovasi pengemasan
produk agar siap konsumsi untuk mempermudah konsumen. Perencanaan produksi
ketika musim hujan dan ketika permintaan.
REFERENSI
Jannah, Raudhatul., Yurisinthae, Erlinda.,
& Yusra, Abdul Hamid A. 2019. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Kerupuk
idah Buaya (Aloevera) pada UKM 1 Sun Vera di Kota Pontianak. Jurnal
Agribisnis. Hal 1 – 12.
Sari, Rafika., & Ferdinan, Ade. 2017. Pengujian
Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya. Pharm
Sci Res. Vol (4) No. 3. Hal 111 – 120. ISSN 2407-2354
Komentar
Posting Komentar